Senin, 03 Januari 2011

Gizi dalam Sepotong Tempe

Tempe sudah menjadi bagian dari seni kuliner masyarakat Indonesia. Gizi tingginya, rasanya cukup enak, murah dan bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan. Tidak mengherankan jika makenan ini sering dirindukan saat Anda berada dinegri orang.

Hampir setiap hari, makanan hasil fermentasi kedelai dengan jamur Rhizopus oligosporus menjadi pilihan para ibu rumah tangga. Bangsa Indonesia sudah mengenal tempe sejak berabad-abad lalu, menjadi makanan sehari-hari yang digemari dan sudah sangat familiar. Tidak diketahui dengan jelas kapan pertama kali tempe dibuat, namun kata tempe sudah tercantum dalam manuskrip Serat Senthini yang ditulis pada abad ke-16. Ada yang mengatakan pembuatan tempe berawal pada era tanam paksa di tanah Jawa oleh kolonial Belanda. Pada saat itu, masyarakat terpaksa menggunakan hasil tanaman pekarangan, seperti singkong, ubi, dan kedelai sebagai sumber pangan. Versi lain mengatakan, tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang China yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan jamur Aspergillus.

Dalam perkembangannya tempe kian di gemari. Hampir di setiap daerah terutama pulau Jawa, selalu ada menu khas yang menggunakan tempe. Makanan sederhana penuh gizi ini dibuat dari bahan utama kedelai. Setelah mengalami pengolahan fermentasi, kandungan gizi yang sudah terkenal tinggi mengalami peningkatan. Dalam setiap 100 Gram kedelai terkandung niasin 0.58 miligram, kandungan ini meningkat kurang lebih dua kali lipat menjadi 1.13 miligram setelah mengalami fermentasi. Para peneliti menyebutkan, tempe kaya vitamin B2, vitamin B12, nisin, asam pantorenat, karbohidrat, srat lemak, protein, dan komponen anti bakteri yang bermanfaat untuk kekebalan tubuh. Hasil penelitian juga menunjukan tempe juga dapat mencegah anemia dan osteoporosis, dua penyakit yang banyak diderita wanita. Tempe pun dapat menurunkan kadar kolestrol darah karena senyawa protein, serat niasin, dan kalsium yang dikandungnya dapat mengurang jumlah kolestrol jahat. Di dalam tempe juga ditemukan zat anti oksidan dalam bentuk isoflavon, seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid. Isoflavon merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Para peneliti juga menyebutkan, tempe memiliki nilai cerna yang lebih baik ketimbang kedelai sendiri. Oleh karena itu, tempe sangat aman diberikan kepada segala kelompok usia.

Para ahli kesehatan dan gizi menarankan agar masyarakat mengonsumsi tempe secara rutin. Dapat dimasak secara tumis, bacem, sayuran berkuah dia anggap lebih baik ketimbang di goreng. Untuk menumis disarankan menggunakan minyak jagung, kedelai, kelapa sawit, santan, atau minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh. Begitu banyak manfaat tempe sehingga tidak ada alasan untuk menyantap tempe setiap hari.


Sumber : Media Indonesia, 26 Februari 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar